Beranda | Artikel
Menanamkan Rasa Tanggung Jawab pada Anak
Jumat, 22 November 2024

Menanamkan Rasa Tanggung Jawab pada Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 17 Jumadil Awal 1446 H / 19 November 2024 M.

Kajian Tentang Pentingnya Diagnosa dalam Pendidikan Remaja

Bertanggung jawab adalah sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Allah melatih orang beriman untuk melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban, sehingga membentuk mereka menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Contohnya adalah shalat lima waktu, di mana Allah memberikan tanggung jawab kepada kita untuk menunaikannya sesuai waktu, tata cara, dan aturan yang telah ditetapkan. Hal ini membantu membentuk seorang muslim menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab.

Melatih Tanggung Jawab

Menanamkan rasa tanggung jawab membutuhkan latihan dan proses yang berkesinambungan. Tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga pada anak-anak, terutama remaja yang sebentar lagi akan memasuki dunia dewasa. Proses ini tidak dapat dilakukan secara instan atau terburu-buru.

Bagaimana mendidik anak agar memiliki kemandirian, rasa tanggung jawab, dan percaya diri?

Melatih dan Memberi Waktu

Hal pertama yang harus dilakukan adalah melatih anak untuk berusaha, mengajarkan bahwa segala sesuatu membutuhkan proses.

Pelajaran ini juga Allah tunjukkan kepada manusia melalui penciptaan-Nya. Allah menciptakan manusia melalui proses. Jika Allah berkehendak, tentu Dia dapat menciptakan semua manusia seperti Adam, yang langsung tercipta tanpa proses. Namun, hal itu hanya berlaku bagi Adam. Semua manusia lainnya melalui tahapan perkembangan: lahir, menjadi balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa.

Kedewasaan seseorang, baik dari sisi pemikiran maupun perilaku, tidak bisa langsung tercapai. Itu adalah hasil dari proses panjang yang membutuhkan latihan, usaha, dan pembiasaan. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak juga merupakan bagian dari tugas para pendidik.

Salah satu langkah penting adalah melatih anak untuk memahami proses kehidupan. Orang tua dan pendidik perlu bersabar dalam mendampingi anak melalui setiap tahap perkembangannya. Jangan tergesa-gesa ingin melihat hasil instan, apalagi sampai meluapkan kekesalan atau kekecewaan kepada anak jika hasil yang diharapkan belum tercapai.

Penting bagi orang tua dan pendidik untuk bersabar dalam menanamkan rasa tanggung jawab pada anak, terutama pada remaja. Jika anak menunjukkan kelemahan atau kurangnya rasa tanggung jawab, itu membutuhkan latihan lebih intensif. Jangan terburu-buru ingin melihat hasil, apalagi langsung menjatuhkan vonis. Sebagai contoh, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendidik umatnya selama 23 tahun, menunjukkan bahwa pendidikan dan perubahan membutuhkan waktu.

Orang tua perlu sabar mengawal proses ini. Salah satu cara melatih rasa tanggung jawab adalah memberikan tugas-tugas sederhana kepada anak. Tugas tersebut mungkin tidak terlalu serius atau penting, tetapi berguna untuk melatih mereka menghadapi kewajiban. Jika anak tidak melaksanakan tugas seperti yang diharapkan, jangan langsung marah. Kemarahan hanya akan membuyarkan tujuan pendidikan tersebut.

Latih anak secara bertahap, arahkan, dan dorong kesadaran mereka untuk menyelesaikan tugas serta memahami tanggung jawab. Pendekatan yang sabar dan konsisten akan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab.

Hidup adalah Pilihan

Setiap hari, Allah memberikan manusia banyak pilihan, sebagaimana firman-Nya:

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ

“(Yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur.” (QS. Al-Muddassir[74]: 37)

Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

… فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ…

“Maka barang siapa yang ingin beriman, silakan beriman, dan barang siapa yang ingin kafir, silakan kafir.” (QS. Al-Kahf [18]: 29)

Inilah hidup, bahwa hidup adalah pilihan. Dan Allah telah memberikan akal kepada manusia agar mereka bisa memilih. Namun, setiap pilihan memiliki konsekuensi dan risiko.

Dalam kehidupan nyata, anak-anak akan menghadapi berbagai pilihan dan risiko. Oleh karena itu, penting untuk melatih mereka berani memilih. Sayangnya, kadang-kadang pola asuh justru menjadikan anak pengecut—takut membuat keputusan dan menghadapi risiko. Akibatnya, anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak berani bertanggung jawab atas pilihannya.

Seseorang yang berani membuat pilihan berarti ia siap bertanggung jawab atas risiko yang muncul. Hal ini menjadi salah satu tugas penting bagi seorang pemimpin, karena semakin besar tanggung jawab, semakin sulit pula pilihan yang harus diambil.

Pada anak laki-laki, menanamkan rasa tanggung jawab membutuhkan usaha yang lebih intensif dibandingkan anak perempuan. Hal ini bukan berarti anak perempuan tidak perlu dilatih, tetapi anak laki-laki memiliki tanggung jawab yang lebih besar, seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ …

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan.” (QS. An-Nisa [4]: 34)

Laki-laki dituntut memiliki jiwa kepemimpinan. Salah satu tanggung jawab besar dari seorang pemimpin adalah keberanian untuk memilih. Pilihan yang dihadapi seorang pemimpin lebih banyak dan berat dibandingkan mereka yang tidak memiliki tanggung jawab tersebut.

Memilih berarti siap menghadapi risiko. Jika seseorang tidak memiliki rasa tanggung jawab, ia menjadi pengecut, takut membuat keputusan, dan menghindari risiko. Bahkan, jika ia memilih, ia tidak memahami bahwa pilihannya membawa konsekuensi yang harus ditanggung.

Melatih rasa tanggung jawab dan keberanian mengambil risiko harus dimulai sejak dini, terutama pada anak laki-laki dan remaja. Latihan ini membantu mereka mempersiapkan diri menghadapi kehidupan. Ketika mereka benar-benar dewasa dan harus hidup mandiri tanpa kehadiran orang tua, mereka akan siap mengarungi kehidupan dengan tanggung jawab dan keberanian.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54726-menanamkan-rasa-tanggung-jawab-pada-anak/